Sabtu, 07 Maret 2009

iwan waktu kecil

Belajar Gitar, Ngamen, Hingga Rekaman

Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis

Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.

Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.

Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.

Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.

Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.

Belajar Gitar, Ngamen, Hingga Rekaman 2

Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.

Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.

Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.

Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.

Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.

Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.

Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.

Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.

Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.

Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.

iwan fals mania

Coretan Dinding


Free shoutbox @ ShoutMix
Kawan, silahkan membuat coretan apa saja disini. Tuangkan ekspresimu dengan baik dan bijak serta bertanggung jawab. --Kucing Hitam dan Penindas Sama Sama Resah--

05 March 2009

Iwan Fals Tidak Mau Jadi Presiden - Artikel Iwan Fals di Majalah Film 1996

Dokumentasi artikel yang di scan dari majalah Film tahun 1996. Artikel ini setelah launching album Pemanjat bersama Trahlor. Dalam tulisan ini Iwan Fals mengungkapkan kalau dia tidak mau menjadi presiden Republik Indonesia. Dan pernyataan ini sampai sekarang masih sering dilontarkan Iwan Fals seiring suasana politik menjelang pemilu, menjawab pertanyaan dan harapan banyak orang yang menginginkan dia menjadi pemimpin negeri ini.

Klik gambar untuk memperbesar.



koleksi dOel

01 March 2009

Konser Iwan Fals "Potret Cinta"

Ketika Iwan Fals Bercinta - Catatan Potret Cinta

Oleh: Fendi Kurniawan

Iwan Fals pada hari Sabtu, 28 Februari 2009 kembali menyapa penggemar setianya dengan menggelar konser bulanan kedua di tahun ini yang bertajuk ‘Potret Cinta’. Dirumahnya (Leuwinanggung – Depok, Jawa Barat) sekitar kurang lebih 900-an orang memenuhi ‘Panggung Kita’, nama area dilahan rumah Iwan Fals yang biasa digunakan untuk konser dan acara lainnya.

Di awal konser yang mulai pada pukul 15.30 wib, Iwan Fals mengajak penonton untuk mengenal arti cinta. Bahwa cinta itu pada dasarnya universal bukan hanya kepada pasangan saja tapi bisa juga pada orang tua, saudara, atau bahkan pada monyet yang disebut cinta monyet, begitu candanya. Berbalut kaus putih dipadu celana jeans warna hitam, Iwan Fals membuka konser dengan lagu Aku Sayang Kamu diiringi Heirrie Buchaery, Cok Rampal, Sonata, Edi Daromi dan Deni Kurniawan yang tergabung dalam Iwan Fals & Band. Selesai lagu pertama Iwan Fals kembali berkata kalau cinta itu butuh ungkapan, jangan hanya didiamkan saja nanti disambar orang. Lalu mengalunlah lagu Iya atau Tidak.

"Cinta memang aneh !!", begitu ujar Iwan Fals. "Bahkan demi cinta, menyogok polisi pun dijalani .. hehehehehe ...!", sambungnya. Penonton langsung menimpali dengan meneriakan judul lagu Kereta Tiba Pukul Berapa. Kemudian setelah lagu tersebut usai, berturut-turut mengalirlah lagu Kembang Pete, Ya Ya Ya Oh Ya, Mata Indah Bola Pingpong dan Sebelum Kau Bosan.

Sempat terjadi keributan kecil didepan panggung (aneh juga, konser dengan tema cinta kok malah ribut dengan teman sendiri). Untung kejadian ini tak berlangsung lama karena panitia sigap memisahkan keduanya lalu mengusirnya keluar arena konser. Setelah keadaan sedikit reda, Iwan Fals melanjutkan dengan lagu Rindu Tebal dan Emak.

Ketika lagu Emak dibawakan, tampak emosi yang sangat jelas tergambar di wajah Iwan Fals. Air matanya seakan hendak menetes tapi dia mencoba menahannya. Lagu ini seperti sangat berarti buat Iwan Fals. Usai lagu itu terdengar cletukan para penonton mengkritisi harga tiket yang malah naik padahal BBM sudah turun. (Harga tiket konser bulanan periode 2009 ini sebesar Rp.40.000,- naik sepuluh ribu rupiah dari periode 2008. Dan 10% dari harga tiket disumbangkan untuk korban bencana alam). Dengan lugas, Iwan Fals menjawab, "Sponsornya kecil, sedang biaya produksi Panggung Kita ini begitu besar, belum bayar pemain, pajak, izin, kru, wah gede banged tuch ... pengennya sih gratis tapi belum saatnya…"

Konser berlanjut lagi dan Iwan Fals lalu bercerita tentang penyanyi perempuan yang pernah jadi teman duetnya. Sekarang penyanyi tersebut didera sakit yang berkepanjangan dan memilih tinggal di Belanda untuk pengobatannya. Iwan Fals lalu mengajak penonton untuk turut mendoakan Elly Sunarya. Sesaat kemudian mengalirlah lagu yang pernah dinyanyikan duet dengan Elly, yaitu Yakinlah. Mungkin karena aransemen yang sedikit berbeda, Iwan Fals sempat telat bernyanyi ketika lagu sudah masuk di reffain. Untung Heirrie sebagai pemain bass memberi kode kepada Iwan Fals sehingga para penonton tidak melihat kesalahan kecil tersebut.

Setelah lagu Yakinlah, Iwan Fals melanjutkan dengan lagu Yang Tersendiri dan Ya Hui Ha He Ha. Setelah kedua lagu tersebut selesai dinyanyikan, seorang perwakilan dari PT. Tiga Rambu
naik panggung dan menjelaskan mengenai rencana perusahaan itu di tahun 2009 ini. Tiga Rambu adalah nama perusahaan milik Iwan Fals yang menyelenggarakan konser-konser dan berbagai agenda acara publik dirumahnya. Pada intinya tema konser untuk tahun 2009 ini adalah tentang ‘keseimbangan’. Dan pada setiap bulannya akan diberi judul sesuai dengan hari - hari bersejarah pada bulan tersebut. Berhubung di bulan Februari semua orang seakan sedang terkena virus cinta, maka tema bulan ini yang diusung adalah Potret Cinta.

Kembali kepada filosofi kesimbangan, intinya adalah Tiga Rambu tidak hanya menampilkan Iwan Fals saja pada setiap bulannya, melainkan akan juga menampilkan Karyakita’, yaitu sebuah program sayembara yang berisi kiriman karya-karya dari penggemar Iwan Fals. Pada bulan Februari ini dipilih 20 besar karya puisi terbaik, dan posisi 3 besar berhak memperoleh hadiah ekslusif dari Iwan Fals. Kegiatan ini akan berlangsung selama satu tahun.

Setelah posisi 3 besar diumumkan, Iwan Fals berkata, "Bahwa pada dasarnya semua karya yang masuk adalah pemenang tidak ada yang kalah, hanya selera dari penilailah yang memutuskan, karena dalam seni tidak ada menang atau kalah!". Iwan Fals lalu membacakan sebuah puisi yang menjadi pemenang. Setelah pengumuman pemenang Karyakita, Iwan Fals melanjutkan dengan lagu Ancur dan Mabuk Cinta.

Ada yang istimewa dari konser bulan ini yaitu hadirnya grup band idola anak muda sekarang. Peterpan diundang sebagai bintang tamu. Tidak seperti konser-konser sebelumnya, kali ini Tiga Rambu tampak sangat merahasiakan bintang tamu yang akan hadir kali ini. Ariel (vokalis Peterpan) naik pertama kali di atas panggung, dan penonton langsung riuh bersorak. Ariel membuka dengan lagu Izinkan Aku Menyayangimu yang berduet dengan Iwan Fals. Setelah itu lalu Ariel memanggil para personil band Peterpan, dan kemudian mereka berkolaborasi dengan Iwan Fals membawakan lagu Yang Terlupakan serta dua lagu Peterpan yang berjudul Tiada Yang Abadi dan Menghapus Jejakmu. Penampilan Peterpan bersama Iwan Fals diatas panggung sudah terjadi untuk kesekian kalinya.

Setelah Peterpan, Iwan Fals kembali menghibur penonton dengan lagu Buku Ini Aku Pinjam dan Asmara Tak Secengeng Yang Aku Kira. Tak terasa waktu hampir menjelang Maghrib, Iwan Fals kemudian menutup konser dengan single terbarunya yang berjudul Untukmu Terkasih.

Konser kali ini disaksikan juga oleh Ibu Lies (ibunda Iwan Fals), Totok Tewel (gitaris yang dengan Iwan Fals pernah bersama Swami, Dalbo dan mengerjakan album Cikal) serta Rizal Ramli (mantan mentri). Pada bagian penutup, Iwan Fals mengumumkan agenda konser untuk bulan depan yang InsyaAllah akan diselenggarakan tanggal 28 Maret 2009, pukul 15.30 dengan tema "Untuk Yang Paling Cantik". Tema ini dipilih karena bulan Maret bertepatan dengan hari wanita sedunia. Oke .. Sampai ketemu bulan depan. (fk)

Catatan: Penulis hanyalah penonton biasa dan salah satu penggemar Iwan Fals.
------------------------------------

Iwan Fals & Band
Potret Cinta
Tempat: Panggung Kita – Leuwinanggung, Depok
Hari & Tanggal: Sabtu, 28 Februari 2009
Jam: 15.30 sd 17.30
Bintang Tamu: Peterpan

Daftar lagu:
1.Aku Sayang Kamu, 2.Iya Atau Tidak, 3.Kereta Tiba Pukul Berapa, 4.Kembang Pete, 5.Ya Ya Ya Oh Ya, 6.Mata Indah Bola Pingpong, 7.Sebelum Kau Bosan, 8.Rindu Tebal, 9.Emak, 10.Yakinlah, 11.Yang Tersendiri, 12.Ya Hui Ha He Ha, 13.Ancur, 14.Mabuk Cinta, 15.Izinkan Aku Menyayangimu (dengan Ariel Peterpan), 16.Yang Terlupakan (dengan Peterpan), 17.Tiada Yang Abadi (dengan Peterpan), 18.Menghapus Jejakmu (dengan Peterpan), 19.Buku Ini Aku Pinjam, 20.Asmara Tak Secengeng Yang Kukira, 21.Untukmu Terkasih

Iwan Fals: vocal, gitar
Heirrie Buchaery: bass
Cok Rampal: mandolin, gitar
Edi Daromi: keyboard
Sonata: gitar
Deni Kurniawan: drum